Minggu, 12 Agustus 2012

INTERMESO 8 - AISeu Family

jagalah kebersihan
susu baik untuk kesehatan

sebelum final... AISeu 5 besar... WOW!

demi menjaga keimutan hahahaha... berhubung dah plg tua

hedon mode on

INTERMESO 7 - SOMEDAY IN MY HOUSE...

Someday in my house I will have this kind of library and I will enjoy reading with my daughter there. I will share what I have read and experienced. We will sit down in the floor and share our laughter. Can you imagine how beautiful that moment? Someday in my house...

Clara Ng's Library - she is a writer and inspiration

SAYAP KUPU-KUPU

kupu-kupu by poogi (isolapos.com)
Rintik-rintik hujan malam itu masih kurasakan. Sehelai kain yang tadinya membentuk sebuah gaun kini tak lagi tergambarkan. Rasa sakit kurasakan diseluruh tubuhku. Harusnya malam ini aku tak pergi, seperti apa yang dikatakan tunangannku. Harusnya malam ini aku masih mengaji dengan para gadis lainnya. Harusnya aku…

* * *

Kupandangi wajah bulanku yang terpantul dari cermin retak di depanku. Kuraba seluruh bagian wajahku mulai dari mataku yang biru, hidungku yang bangir, mulutku yang tipis dan daguku yang panjang. Aku merasa seluruh bagian itu sama sekali tak cocok jika dipadukan dengan rambut warna arang yang tergerai menyentuh pinggulku. Aku sungguh benci jika melihat keganjilan ini. Aku ingin seperti orang-orang lainnya. Orang yang tak pernah menemukan keganjilan jika memandang wajahnya. Keganjilan yang tak mungkin bisa disembunyikan.

“Kirana! Apa kau tak pergi bekerja?”.

Terdengar suara Ibu yang selalu mengingatkanku untuk bekerja. Dialah wanita yang paling berjasa setelah meninggalnya ibuku lima belas tahun yang lalu. Dari tangannyalah aku makan, dari susunyalah aku minum, dan dari keringatnyalah aku hidup. Setiap detak jantungnya merupakan detak jantungku. Dan kini aku telah menjadi nafas untuknya.

Inggih Bu, Kirana berangkat dulu!” pamitku sambil mencium punggung tangan yang berwarna hitam terpanggang sinar matahari. Bau kain yang sangat kusukai tercium bercampur dengan keringat yang telah menetes dari keningnya.

Kutinggalkan halaman rumah reyot itu. Langkahku terasa mantap menuju sebuah bar yang merupakan tempatku bekerja. Begitu kumasuki pintu bar, kembali muncul rasa bersalah pada diriku. Hatiku harus menanggung sebuah kebuhongan besar yang kulakukan pada orang yang paling aku sayangi.

“Ana! Tuangkan bir itu untukku, sayang!” teriak seorang pelanggan yang mabuk. Laki-laki itu menarik tubuhku dan merapatkannya ke tubuhnya. Aku tak menolak. Aku terlalu pengecut untuk menampik tangan liarnya. Aku takut jika harus kehilangan jalan satu-satunya untukku mendapatkan uang. Jadi kubiarkan laki-laki itu melakukan apa yang ia inginkan karena, toh aku membenci tubuhku.

Tanpa sengaja pandanganku bertemu pandang dengan seorang pemuda yang duduk sendirian di pojok bar. Tatapan penuh rasa iba serasa menghakimiku. Kupalingkan wajahku, mencoba tak tahu. Tapi aku masih merasakan tatapan itu terus menghujam padaku. Tatapan iba itu terasa seperti tangisan ibuku.

* * *

Aku duduk diantara gadis suci yang terbalut baju gamis. Kerudung berwarna-warni menghiasi kepala mereka. Setiap ayat Al-Quran yang mereka lantunkan serasa seperti ejekan nyinyir padaku. Pandangan menyapa mereka kurasakan seperti menuduhku penuh selidik yang ingin mengorek seluruh rahasia yang kusembunyikan. Senyuman tulus mereka seakan-akan menertawakan aku. Apakah salah jika aku yang kotor ini masih ingin menghadap pada-Mu, Allah? Apakah kau tak sudi menerimaku lagi? Apakah kesalahan jika aku…mengandung?

* * *

Jam satu malam. Udara terasa dingin dan jalan-jalan telah sepi. Hanya sinar kirana yang menyinari setiap tapak demi tapak langkahku. Lorong jalan sempit itu terlihat sangat gelap. Tak ada sedikitpun cahaya. Tapi aku tak takut karena satu hal yang menjadi ketakutanku hanyalah jika ibu mengetahui bahwa aku ini wanita kotor.

Di ujung jalan sempit ini aku melihat siluet sesosok pemuda tegap yang sedang berdiri bersandarkan tembok. Tapi aku tak peduli. Dia tak akan membahayakan aku. Paling parah, dia mungkin akan memperkosaku. Tapi kurasa itu sama sekali tak berarti, karena tak diperkosa pun aku tetap tak suci lagi, walau aku belum pernah tidur dengan laki-laki manapun. Hanya saja seorang manusia yang banyak berdusta dan membiarkan laki-laki yang bukan suaminya menikmati tubuhnya bukan seorang pendosa. Busukku memang belum tercium, tapi aku merasakannya.

“Tunggu!” panggil laki-laki itu saat aku berlalu di hadapannya.

Kuhentikan langkahku dan berbalik memandangnya. Aku sedikit terkejut, saat melihat siapa laki-laki itu. Dia adalah pria yang tadi memandangku. Pria di pojokan bar yang mengasihaniku. Aku tak mengerti apa yang dia inginkan.

“Kenapa kau lakukan itu?” tanyanya penuh arti, membuatku makin tak mengerti. “Kenapa kau biarkan dirimu direndahkan seperti itu?” lanjutnya.

“Aku tak merasa direndahkan,” tukasku.

“Kau harusnya menjaga nama baik golonganmu, sebagai seorang Indo-Belanda! Bukannya menjadi seperti… seperti…”

“Pelacur,” sahutku cepat. “Maaf Tuan aku tak mengerti dengan apa yang tuan maksud, jadi ijinkan saya pergi!”.

Kutinggalkan dia yang masih menyimpan banyak argumen, yang untuk apa, aku pun tak tahu. Tapi yang jelas dia telah masuk dalam kehidupanku.

* * *

Lamunanku melayang kembali ke waktu itu. Saat seorang tentara Belanda melucuti seluruh pakaianku. Wajah laki-laki bejat itu masih terus kuingat. Tapi ingat saja tak cukup karena saat ini usia kandunganku telah mencapai dua bulan. Aku takut jika Abi mengetahuinya, bahwa anaknya adalah seorang jalang.

* * *

Kenapa laki-laki itu muncul lagi. Bahkan dia membawa dua orang temannya. Seorang pribumi dan seorang asing. Apa dia bermaksud memberi tahu teman-temannya tentang wanita jalang yang ditemuinya dibar ini. Apa dia akan menghinaku seperti orang lain menghinaku karena aku seorang Indo-Belanda. Aku ingat. Pernah suatu hari aku membantu ibuku yang berjualan di pasar. Tak ada seorangpun mau membeli dagangan ibu karena aku ada di dekatnya. Seorang Indo-Belanda yang tak pernah diterima dimana pun, kecuali ibuku yang seorang jawa asli. Dan sejak itu aku tahu bahwa aku tak akan pernah dihargai layaknya wanita. Aku tak pernah lagi berharap datangnya seorang pahlawan yang akan menolongku.

“Kirana!” panggil laki-laki itu. Sebagai pelayan mau tak mau aku harus mendatangi pelanggan yang memanggilku walau aku bingung kenapa dia memanggilku.

“Pasti kau bingung bagaimana aku tahu namamu sebenarnya?”

“Tidak, Anda tahu nama saya dari bentuk wajah dan kulit saya yang seterang sinar bulan purnama kan! Ibuku yang mengatakannya.”

“Gadis pintar. Tapi kenapa kau sia-siakan kepintaranmu untuk bekerja disini?” kata laki-laki itu kembali menghakimiku.

“Kenapa Anda tanyakan hal itu? Bekerja ya bekerja, dimanapun itu!”

“Baik. Kenalkan ini Ernest Francois Eugiene Douwes Dekker, ini Cipto Mangunkusuma dan aku Sumardi Suryaningrat,” kata laki-laki itu memperkenalkan teman-temannya dan dirinya. Aku hanya tertawa mendengar mereka memperkenalkan diri.

“Kenapa kalian kenalkan diri kalian, tak seperti pelangganku lainnya!”

“Kami akan memperjuangkan rasmu!” jawab laki-laki bernama Douwes Dekker itu tegas. Aku kembali tertawa mendengar ketegasannya.

“Ras? Ras apa? Aku ini bukan pribumi dan bukan orang walanda! Apa yang kan kalian perjuangkan. Kalian ini hanyalah sekumpulan pemuda dengan idealis-idealis yang tak pernah bisa menerima kenyataan! Kalian munafik! Tak ada seorangpun yang mau menerimaku karena aku keturunan Indo-Belanda, yang dianggap darah kotor!”

“Tidak untuk kami,” jawab laki-laki satunya yang bernama Cipto.

“Tapi ingat di dunia ini bukan hanya kalian bertiga,” desisku meremehkan. Aku pun berlalu pergi sebelum akhirnya laki-laki yang kemarin menemuiku menarik lenganku.

“Bagaimana mungkin kami berhasil kalau dirimu sendiri tak beranggapan bahwa dirimu itu berharga. Ijinkan kami memperjuangkanmu karena kami muak dengan segala penindasan dan penghinaan pada golonganmu dan karena… karena…”

“Karena apa?!” sahutku cepat.

“Karena aku merasa bahwa aku jatuh hati padamu.”

Bagai mendengar suara lonceng gereja tepat ditelingaku. Bagaimana mungkin ada seorang laki-laki jatuh hati padaku. Karena selama ini laki-laki hanya menginginkan tidur denganku. Melewati malam dingin dengan bergelut diatas ranjang.

“Percayalah padaku!”

* * *

“Katakan siapa pria bajingan itu!” bentak Abi.

Akhirnya aku mengaku karena kehamilanku tak mungkin ditutupi lagi. Memasuki bulan ketujuh, aku tak bisa menyembunyikan perutku lagi.

Wajah Abi terlihat sangat marah dan malu. Dia tak tahu akan dikemanakan mukanya jika tersebar kabar putri seorang priyayi dihamili tentara Belanda. Dengan kasar Abi mengusirku dari rumah. Aku pun melangkah menjauh diiringi dengan isak tangis Umi yang begitu menyayangiku. Aku tahu ini memang ganjaran yang tepat untuk seorang pemberontak sepertiku.

* * *

Sudah hampir setahun aku berhenti dari bar tempatku bekerja dulu. Dan sekarang aku menjadi seorang pengupas bawang di perkebunan priyayi. Pemuda-pemuda itu juga sedang bertempur memperjuangkan hak-hak rasku. Ras Indo-Belanda yang tak murni tapi tak kotor.

Hari ini ada kunjungan ke rumah priyayi tempatku bekerja. Seorang petinggi Belanda bersama istri dan anak laki-lakinya. Saat anak laki-laki Belanda itu ingin melihat-lihat perkebunan dia mengajakku serta. Aku tak bisa menolak.

Sinar senja yang berwarna emas sangat indah. Sinar itu mewarnai seluruh hamparan perkebunan yang luas bagaikan sapuan kuas pelukis ternama. Tapi apa ini? Tangan besar dan bahu lebar terasa merapat tubuhku. Tangannya menari diseluruh tubuhku. Aku berusaha menolak, seperti apa yang diajarkan orang-orang itu. Tapi dia lebih kuat. Hartaku dirampas! Harta yang kusimpan untuk laki-laki yang kini sedang memperjuangkan golonganku.

“Jangan! Ja…ngan!”

Terlambat. Tubuhku telah basah oleh keringat dan kedinginan.

Kulihat sosok Belanda itu pergi meninggalkanku seperti sebuah bangkai. Dia sama sekali tak memandangku lagi dan pergi menginggalkan tapak-tapak kebiadapannya.

Siluet itu.

Siluet yang sangat kukenal. Siluet laki-laki yang selalu kutunggu.

“Apa yang terjadi?” tanyanya penuh nada kekagetan.

Mulutku bungkam. Aku tak tahu harus menjawab apa.

Tapi sepertinya laki-laki itu tak butuh jawaban. Dia merengkuhku dan memelukku. Dia mencoba menghangatkan tubuhku. Mencoba mengobati luka pada selangkanganku. Dia menghilangkan bekas-bekas kotorku dengan mengambil harta yang masih ada. Dia tak mengeluh mendapati sebuah barang bekas. Dia terlihat tersenyum diantara desahan malam. Dia berbisik lembut dalam belaian alam.

“Tunggu aku, aku akan kembali!”

Kutunggu dirinya. Dalam setiap jam berganti hari. Hingga akhirnya esok tiba dan berlalu. Setelah sebulan berlalu laki-laki itu tak kunjung kembali. Yang kudengar hanyalah kabar dia diasingkan ke negeri yang jauh. Negeri yang mengerikan diseberang samudra sana. Perjuangannya terhenti atau … tak akan muncul lagi. Aku salahkan Tuhan. Kenapa dia begitu membenciku? Kenapa dia ambil orang yang paling kusayangi? Kenapa dia harus merebut harapanku?

Aku takut sendirian. Aku takut akan gelapnya dunia. Kubiarkan darah mengalir dari pergelangan tanganku, mengiringi kereta pengantinku menuju alam baka. Selamat tinggal ketakutan, kegelapan dan kesendirian. Kirana, jadilah saksi perjalananku.

* * *

Akhirnya bayi itu lahir. Seorang bayi perempuan dengan wajah bulan, hidung bangir, mata biru dan kulit bersinar bagai bulan purnama. Bagai kirana yang sedang terlukis dilangit malam ini. Kutinggalkan dia dibawah naungan kirana. Kubiarkan dia tumbuh menjadi kupu-kupu. Dan aku akan melayang menuju jurang baka yang kekal.

* * *

Laki-laki dengan siluet kirana telah kembali ke tanah air dari negeri pengasingan. Langkahnya tak pernah lelah mencari kupu-kupu yang menghiasi taman hidupnya. Tapi tak ditemukannya senyum kupu-kupu itu lagi. Hanya sebuah sayap patah yang usang tergeletak di kakinya.




~TAMAT~

Note: Hanya sebuah dongeng yang terongok di komputer lama tak terjamah sejak SMA. Rindu dengan idealis lama yang sebenarnya begitu menyenangkan tapi genre telah berubah, apa mau dikata. Pilihan tetap sebuah pilihan.

Kamis, 02 Agustus 2012

INTERMESO 6 - PERI CINTAKU

Lagi suka ndengerin lagunya Marcell yang Peri Cintaku... kenapa ya Tuhan harus menciptakan CINTA saat diwaktu yang sama Dia menganugerahkan PERBEDAAN... banyak pertanyaan yang muncul di kepalaku saat mendengarkan kata CINTA... sebenarnya itu apa? That's a kind of mean joke for me. When I do not take it seriously it gives me pleasure, bu when I take it seriously, only big regret is left... So, should I take a part of this kind of game or leave it?
Dan hanya helaan yang kudengar keluar dari mulutku... kupikir aku tak cocok dengan permainan sekejam CINTA. Aku memilih mundur sebelum permainan usai. Aku tak tahu seberapa sakitnya menjadi orang yang kalah dalam permainan ini tapi sekarang yang aku tahu memilih mundur pun sungguh menyakitkan. Hahahahaha... so dramatic...

Minggu, 08 Juli 2012

INTERMESO 5 - baby oh baby~~~

Huhuhuhu kemarin habis main dengan anak Miss Yuseva yang bernama Aruna~~~ dipanggil 'tante' aja udah seneng banget apalagi dipanggil 'mama'!!! Hahahahahahaha~~~ Kapan ya bisa punya anak??? Kemarin-kemarin terlalu fokus ama pekerjaan dan pendidikan, harus luluslah, harus cari uang, cari S2... sekarang fokusnya lain T^T Semangat!!!



Rabu, 13 Juni 2012

INTERMESO 4 - LAVENDER 1

Goresan dari seorang Ibu dan Guru, Henny Herawati


lavender....


Besok pagi
saat kau bangun
dan aku tak ada disini
mungkin embunpun akan
menahan air mata

Tapi telah kutulis
sepucuk surat untukmu
dengan wangi Lavender ungu
agar bisa kaukenangkan aku
saat kau rindu

(Juni 2012)

INTERMESO 3




Tiga serangkai dan Papah bertemu dengan ajussi dari Paichai University...





LOTTE MAL... I buy nothing but get the most precious thing in the world... friendship. Miss you all girls!!!!!! :* 율리아, 하이 언니, 헤마, 프리티 ㅋㅋㅋㅋㅋㅋ...







Selasa, 12 Juni 2012

INTERMESO 2 ~ AISeu









AISeu... some people call us Miss A, some people call us Sistar, but no one realize we are ICE....
ICE for the cool personality, ICE for something that people find in the day, ICE for ACE... We are totally unique... the only one.... 
  
When you see ICE in the wide sea, remember that the big ICE mountain probably follows that ICE....
~ kitin ~   

Senin, 11 Juni 2012

INTERMESO 1


bersihnya...
Sering muncul pertanyaan pada diri saya kapan negara ini bisa sebersih negara itu... semaju negara itu... mereka hanya merdeka dua hari lebih cepat tapi mereka melesat lebiiiiiiiiiiiiiiiiihhhhhhhhhhh jauh!!! Heol!

Soge

ini sebuah awal.... mimpi dan masa depan.... bukan hanya angan-angan atau lamunan karena saya sadar rasa sakit dan bahagia selama saya melangkah... saya pemimpi yang dulu selalu tertidur tapi sekarang saya sudah mulai terbangun dan menemukan bahwa mimpi bukan hanya bunga tidur tapi tujuan yang membuat kaki saya harus terus bergerak selaras dengan isi kepala saya...